PENTINGNYA PENERAPAN MODERASI BERAGAMA ROHIS DI SEKOLAH: MELALUI JEJAK NASARUDDIN UMAR

Organisasi Rohis (Rohani Islam) saat ini telah tersebar luas di sekolah-sekolah umum, menjadi entitas agama yang terorganisir dengan dua kelompok utama di bawah payung besar yang dikenal sebagai Rohis Akhwat dan Rohis Ikhwan. Meskipun bersatu dalam satu wadah, keduanya menjalankan program kegiatan dengan pendekatan yang berbeda.

Rohis, yang kini telah menjadi entitas umum di banyak SMA, khususnya di kalangan pelajar usia muda, memiliki strategi dakwah yang dijalankan pada tahap kehidupan yang dianggap sangat membara dalam membentuk karakter manusia yang beradab. Meskipun rohis sebagai organisasi di sekolah di bawah naungan IPMI (Ikatan Pelajar Muslimah Indonesia) untuk perempuan dan HILMI (Himpunan Pelajar Muslim Indonesia) untuk laki-laki, keduanya beroperasi secara independen meskipun memiliki visi-misi yang serupa dan saling berkaitan dengan Wahda Islamiyah.

Banyak dari strategi dakwah rohis di sekolah yang dikembangkan atas bimbingan IPMI dan HILMI. Dalam struktur organisasi rohis, terdapat beberapa departemen seperti PI, dakwah, kaderisasi, dan keslog. Masing-masing dengan strategi dakwah yang berbeda. Meski demikian, terdapat kegiatan rutin seperti kamat (kajian Jum'at) yang terbuka untuk umum, halaqah tarbiyah mingguan, Basic Leadership Training (BLT), dan menggunakan platform instagram sebagai salah satu media untuk mengunggah caption islami dan berbagai kajian Islam lainnya. Segala proses dakwah yang dilakukan di lingkungan sekolah nampaknya memberikan pengaruh besar dikalangan pelajar, karena banyak para pelajar yang meminati organisasi rohis setiap tahunnya.

Organisasi rohis di lingkungan sekolah berfungsi sebagai wadah untuk mengajak para pelajar menjalani pembelajaran agama dengan lebih mendalam. Meskipun demikian, ketika aspek metode dakwah dan bentuk sikap pengimplementasian kesehariannya  dianalisis, rohis terlihat cenderung memfokuskan kegiatan-kegiatan spiritual yang bersifat tertutup dalam konteks agama Islam. Sayangnya, terlihat kurangnya upaya memberikan pembelajaran terkait moderasi beragama. Hal ini menjadi perhatian karena moderasi beragama dianggap sangat penting untuk diterapkan pada usia yang relatif muda, terutama bagi aktivis dakwah yang memiliki peran signifikan dalam membentuk pandangan agama di kalangan pelajar agar tercipta sikap toleransi.

Maka perlunya di dalam rohis menyelaraskan kehidupan akhirat, juga menyeimbangkan kehidupan duniawi agar tidak terjadi tumpang tindih dengan cara menerapkan moderasi beragama. Moderasi sendiri dari KBBI didefinisikan sebagai pengurangan kekerasan atau menghindari keestreman, sedangkan pengertian moderasi dalam islam disebut tawazun diartikan keseimbangan dalam menghadapi suatu permasalahan sering digambarkan tidak condong ke kiri dan tidak condong kekanan namun bersifat adil. Sehingga dalam penerapannya memunculkan sikap toleransi dalam bahas arab disebut tasamuh yakni bermurah hati.

Nasaruddin Umar memberikan dua langkah utama dalam upaya menanamkan sikap toleransi pada setiap individu, pertama. Setiap individu harus memiliki komitmen untuk mencegah terjadinya intoleransi, Nasaruddin Umar sendiri dalam upaya pencegahan intoleransi atau mencegah sikap radikalisme, mendirikan suatu lembaga yang dinamakan NUO (Nasaruddin Umar Office) dengan tujuan untuk mencegah terjadinya radikalisme dengan menjalankan program-program, salah satunya interfaith dialogue membangun dialog antar lintas umat beragama dengan kerukanan dan rasa hormat, platform facebook asli NUO turut memberikan ruang kepada pemuda untuk mendialogkan lintas agama dan di dalamnya dihadiri para pemuka tokoh lintas agama. Selain itu, dilamayan youtube nya tidak hanya berisi kajian islam saja namun pembahasan terkait kebangsaan juga diikut sertakan.

Kedua, perlunya penguatan pendidikan toleransi. Toleransi itu sendiri kuat jika diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nasaruddin Umar selain menjadi imam besar masjid istiqlal jakarta juga menerapkan penguatan moderasi beragama melalui pendidikan Madrasah Istiqlal Jakarta dengan membiasakan siswa/siswinya menerima perbedaan, khususnya perbedaan agama. Sehingga dengan penerapan tersebut muncul rasa ketidak asingan dalam menerima perbedaan dan menjadikan siswa/siswi lebih bersikap moderat jauh dari sikap kaku dan esktrim sejak usia relatif muda. Nasaruddin umar sendiri telah memberikan contoh sikap pengimplementasianya dalam menjaga keharmonisan kerukunan antar umat beragama dengan menjadi imam besar masjid istiqlal jakarta yang berdampingan dengan gereja katedral.

Mengingat bahwa Rohis berperan dalam mengkaji pengetahuan agama pada usia yang masih muda, maka upaya yang dilakukan Nasaruddin Umar sangat efisien jika diterapkan dalam organisasi rohis. penerapan moderasi agama menjadi krusial untuk mencegah munculnya sikap fanatisme, kekakuan, dan ekstremisme dalam pemahaman agama. Melalui moderasi beragama, diharapkan dapat diperluas atau dibuka pikiran anak-anak rohis terhadap perbedaan, sehingga terbentuk sikap inklusif dalam memahami agama.


Untuk saudara - saudara yang ingin berpartisipasi dalam pengembangan pesantrenpedia dapat mengirimkan donasinya ke : https://saweria.co/pesantrenpedia


Bagikan :
Penulis
Foto User
Natasyah Sri Damayanti

(damayantitasya260@gmail.com)

Ad